Bunga Rampai 13
Cinta....
kini sudah direkayasa, diotak-atik semanis madu (hei tapi berbisa)/Cinta...
kini sudah jadi dilema, beritanya pun sudah jadi topik utama...
” Sorry sobat, bukannya kita
ngajak kalian berdungdat ria nih. Apalagi sampe berjoged niruin sang Ratu
Dangdut, Camelia Malik, saat mendendangkan hitsnya bertajuk ‘Rekayasa Cinta’
ini. Nggak kok. Kita cuma tertarik ama judul ama lirik lagunya itu lho. Pas banget
ama kejadian sehari-hari di tengah kita yang berkaitan dengan cinta. Itu aja.
Ya kalo pun jempol kaki dan tangan agak agak goyang dikit pas denger musik
dungdat, itu kan udah dari sononya. Wacks!
Kita emang kudu akui kalo pasaran
cinta kini nggak semurni madu yang dijual di peternakan lebah. Udah banyak
bumbu-bumbu tambahannya alias rekayasa di sana-sini yang bikin cinta punya rasa
bervariasi atau malah kehilangan rasa aslinya. Karena cinta adalah universal,
setiap orang ngerasa berhak untuk memilikinya, memberikannya kepada orang lain
yang dicintainya; atau memaknainya sesuai persepsi masing-masing. Dengan kata
lain, nggak ada hak paten untuk urusan cinta. Betul?
Kalo udah begini, cinta jadi penuh misteri. Dan tentu bikin penasaran para pemburu cinta yang berlomba-lomba pengen ngerasain rasa cinta sejati. Apa semanis gula tebu? Sepahit empedu? Seasin garam batu? Seasem ketek yang bau? Segurih ingusmu (iyacks!! Jijay banget! Sori bro!)? atau justeru kombinasi dari semua rasa itu (hmm...yummy!)? Yang pasti, No body know till he fall in love.... ehm..ehm....
Cinta adalah...
Kalo udah begini, cinta jadi penuh misteri. Dan tentu bikin penasaran para pemburu cinta yang berlomba-lomba pengen ngerasain rasa cinta sejati. Apa semanis gula tebu? Sepahit empedu? Seasin garam batu? Seasem ketek yang bau? Segurih ingusmu (iyacks!! Jijay banget! Sori bro!)? atau justeru kombinasi dari semua rasa itu (hmm...yummy!)? Yang pasti, No body know till he fall in love.... ehm..ehm....
Cinta adalah...
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cinta secara umum berarti ekspresi rasa suka kepada lawan jenis
tanpa terikat oleh aturan adat atau agama. Dalam kamus nggak terlalu besar tapi
lumayan tebel berbahasa arab, cinta berarti mahabbah. Ibnu Qayyim menuliskan
bahwa sebagian alim ulama menjelaskan kata al-mahabbah berasal dari al-habbath,
yang artinya air yang meluap karena hujan yang lebat. Dengan kata lain, istilah
al-habbath dapat diartikan sebagai luapan rasa dan gejolak saat dirundung
keinginan bertemu dengan sang kekasih. Dalam kamus para seniman, cinta adalah
inspirasi untuk sebuah lagu, tema cerita, film, puisi, poem, sajak, pantun,
karya tulis, lukisan di atas kanvas, atau solitude.
Dalam kamus Islam, rasa cinta
adalah bagian dari fitrah manusia. Firman Allah SWT. : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). (QS Ali-Imran [3]: 14)
Secara khusus, cinta kepada
manusia diibaratkan sifat magnetik yang menghadirkan daya tarik-menarik antar
lawan jenis. Yup, seiring bertambahnya usia dan hormon yang mematangkan
organ-organ reproduksi kita, rasa cinta mulai mencari tempatnya bermuara. Tanpa
disadari, kita merasakan kebahagiaan (happiness), menyenangkan (comfort),
kepercayaan (trust), persahabatan (friendship), dan kasih sayang (affection),
ketika ada orang yang perhatian lalu menyatakan perasaan cintanya pada kita.
Perasaan ini merupakan perwujudan
dari naluri melestarikan jenis (Gharizatun Na’u) yang Allah sematkan dalam diri
kita sejak lahir. Sehingga kita termotivasi untuk menjalin hubungan dengan
lawan jenis. Dari sekadar berteman, jalan bareng, hubungan khusus, hingga
mengikat janji setia dalam bingkai pernikahan. Rasa ini juga yang terlihat
dalam hubungan kasih sayang orang tua kepada anaknya dalam sebuah keluarga,
juga sebaliknya. Semuanya berproses secara alami tanpa rekayasa. Karena memang
cinta itu bukan untuk dipaksakan, tapi dirasakan.
Antara cinta dan hawa nafsu
Dalam sebuah syair yang dikutip
di bukunya Imam Ibnu Qayyim: “Entah pesonanya yang memikat, atau akalku yang
sedang tidak di tempat.” Mungkin ini yang bisa menjelaskan kepada kita kenapa
orang sering bilang kalo cinta itu buta. Tak bisa membedakan mana yang baik,
buruk, bermanfaat, atau bikin melarat. Semuanya seolah sah-sah saja dilakukan
atas nama cinta. Pandangan kebebasan dalam mengekspresikan cinta inilah yang
tengah dipopulerkan melalui perayaan VD. Tak sedikit perayaan VD yang berakhir
di arena perzinahan yang dianggapnya sebagai ungkapan cinta tertinggi yang pantas
diberikan pada pasangannya. Gitu deh, ketika cinta sangat dimuliakan dan
diagung-agungkan, godaan setan menyelinap dalam hati kita. Akibatnya, cinta dan
hawa nafsu kian tak ada jarak. Nafsu syahwat telah memperalat cinta untuk
berbuat maksiat. Kondisi ini sangat mudah ditemui pada orang pacaran.
Ungkapan cinta di awal hubungan,
terutama bagi pria, cuman sebatas lips service untuk menutupi keinginannya
menyalurkan hasrat seksual. Nggak ada yang ngejamin kamu atau pacar kamu bisa
jaga diri alias tahan godaan ketika lagi asyik berduaan. Apalagi di tengah
maraknya kampanye gaul bebas (baca: seks bebas) melalui media massa dan
tayangan televisi yang dijajakan oleh para selebriti. Bisa-bisa cinta suci di
antara mereka berubah status menjadi cinta birahi. Kata Ibnu Qayyim,...bila
keduanya telah merasakan kelezatan dan cita rasa cinta, tidak boleh tidak akan
timbul keinginan lain yang tidak diperoleh sebelumnya.” Waduh, hati-hati tuh!
‘Merekayasa’ cinta kita
Sobat, kalo kita ngomongin soal
cinta, nggak harus langsung nyetel kepada urusan cowok-cewek yang saling jatuh
cinta lho. Itu terlalu sederhana. Karena cinta itu begitu luas seperti yang
udah kita paparkan diawal pembahasan. Biar kita nggak terjebak dalam jeratan
hawa nafsu dan pemujaan terhadap cinta, ada baiknya kita tempatkan cinta kepada
manusia sebagai bagian dari kecintaan kita kepada Allah swt. Firman Allah swt
yang artinya: Katakanlah: “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah saw), niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS Ali-Imran [3]: 31)
Dari Anas r.a. ia berkata, telah
bersabda Rasulullah saw: “Tidak beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintai
daripada keluarganya, hartanya, dan seluruh manusia yang lainnya.” (Mutafaq
alaih) Nah sobat, sekarang udah jelas dong kalo kita wajib mendahulukan cinta
kita kepada Allah dan RasulNya tanpa harus kehilangan rasa cinta kepada yang
lain. Karena Rasul juga mencontohkan kepada kita cara mengekspresikan cinta
kepada orang tua, keluarga, saudara seakidah, lawan jenis, atau harta dan
kekayaan. Sehingga cinta kita akan tetap terjaga dari godaan syetan dan
mendapat berkah dariNya.
Dan kita boleh saja merekayasa
cinta agar kita bisa lebih mencintai Allah Swt., RasulNya, Islam, dakwahnya,
dan umatnya ini. Caranya, tumbuhkan kecintaan itu dengan berupaya mengenal
Islam lebih dalam dengan membaca buku-buku Islam atau hadir dalam forum-forum
pengajian. Sehingga kita bisa mengevaluasi diri sendiri dan amal perbuatan yang
udah kita kerjain. Dengan begitu kita bisa memahami arti hidup di dunia ini
untuk meraih ridhoNya. Simak juga kisah-kisah para shahabat yang rela
mengorbankan harta, kekayaan, perniagaan, hingga keluarga demi untuk
mendapatkan cintaNya.
Untuk urusan cinta kepada lawan jenis, kita bisa renungkan sepenggal catatan dari seorang teman berikut:”Ya Rabb, ketika aku jatuh cinta, ijinkan ia datang pada waktu yang tepat dimana cinta itu akan membuatku selalu mengingatMu, dan bukan melupakanMu. Ketika aku jatuh cinta, cintakan hamba pada seseorang yang senantiasa mencintaiMu, dan bisa membuatku semakin mencintaiMu. Ketika aku jatuh cinta, jagalah hati hamba, agar cinta itu tidak berbalik menjadi mata pisau tajam yang siap memporak-porandakan cintaku kepadaMu”. So, mari kita rekayasa cinta untuk mendapat cinta dari Sang Pemilik Cinta. Yuk? Tunggu apalagi? [Hafidz: hafidz341@telkom.net]
Untuk urusan cinta kepada lawan jenis, kita bisa renungkan sepenggal catatan dari seorang teman berikut:”Ya Rabb, ketika aku jatuh cinta, ijinkan ia datang pada waktu yang tepat dimana cinta itu akan membuatku selalu mengingatMu, dan bukan melupakanMu. Ketika aku jatuh cinta, cintakan hamba pada seseorang yang senantiasa mencintaiMu, dan bisa membuatku semakin mencintaiMu. Ketika aku jatuh cinta, jagalah hati hamba, agar cinta itu tidak berbalik menjadi mata pisau tajam yang siap memporak-porandakan cintaku kepadaMu”. So, mari kita rekayasa cinta untuk mendapat cinta dari Sang Pemilik Cinta. Yuk? Tunggu apalagi? [Hafidz: hafidz341@telkom.net]